Satu lagi bagian dari sobekan itu bermunculan, bahkan
beberapa bagiannya sudah mencederai
sepenuhnya. Aku terkapar pada satu sisi yang sudah usang dan dapatkah
bekas sobekan itu menjawab setiap pertanyaan yang akan datang? Entah dengan
waktu yang seperti apa..
Aku menyibak perlahan, mencari jejak dalam serpihan yang robek itu. Tapi masih
hampa, gelap, hening, nyaris tak ada bau.. aku hilang dari tempat yang disebut
dunia. Lalu kulangkahkan lagi, perlahan setiap serpihan itu kususuri berharap
kan temukan jawaban.
Tapi setiap bayangan tentang kehidupan yang datang
kembali bertukar dengan perasaan cemas, keraguan, ketakutan, sendiri,
lapar, putus asa, jenuh. Aku terkapar saat itu, seolah semua kululuhlantahkan
di atas sobekan itu. Aku ingin teriak, dan kuurungkan karena badan gemetar dan
demam. Aku mulai berlari berharap setiap rasa yang pilu dapat hilang dengan
keringat yang akan mengucur setelahnya.
Aku berdoa ketika kudengar satu suara memanggil namaku
seolah suara itu hadir mencari aku yang usang dengan sisa serpihan lainnya. Satu
suara itu lalu merangkulku, memeluk, menggenggam tanganku dan berpesan “kau tak
sepenuhnya sendiri” saat itu kupejamkan mataku dan kembali menatap sisa
serpihan dan sobekan tadi. Kubiarkan mereka seperti itu,dan kumulai lagi waktuku..
(Denpasar, 31 Agustus 2015)
0 comments:
Post a Comment