Blogroll

2/16/12

Bus Sarbagita antar kami donk!

0 comments
Perjalanan pagi baru dimulai sekitar jam sebelas, lewat dari target yang sengaja dijadwalin jam sepuluh.. hal ini disebabin karena anak - anak biasa pake jam karet. alias ngaret..
di HR udah stay cool dengan pakian berwarnanya riza dan bella, dan dinar dengan senyuman  bling.bling yang konon bisa ngalahin kilauan batu permata milik ibu Ani Yudhoyono #ngasal.. kami berempat bertahan dengan waktu yang gak cepet - cepet amat. dengan dibekali asap knalpot beratusan motor di sepanjang jalan menuju HR. muncullah 2 penampakan mirip ebi dan kusuma #emg aslinya. Usut punya usut obrolan kita semakin meningkat kadarnya ditambah cengiran khas dinar, dan permainan suling novitanobi, juga permainan kendang riza #apaan cb? tapi iyg jelas setan berkacamata yg punya nama depan Bima dalam pewayangan datang lengkap dngn jaket jeans, sepakat melanjutkan perjalanan ke rumah seorang teman yg bntar lg mw ngabirit ke luar daerah . yup namanya Galang, cewe muda yang harus pindah lantaran ga cucok dan srek buat skolah di bali #haptic salak, teh gelas jadi jamuan kita setelah bertandang ke rumah gadis dengan wajah super letih ala owl ini. ada yang berbeda dari teman kami yg mungil ini . tpi sstttt..
lanjut berangkat dari rumah sederhana tadi kita lsg cus nyari anggota lg. namanya bawa sama adhe, dua sekutu ini nampaknya lg menikmati hidup di salah satu warung kawasan bumi ayu, tanya dinar donk WBA itu apa. look!look jalan yg kami lwati bner - bner kayak minyak goreng yg lagi siap digoreng trus kita tuh kaya pindang - pindang teraniaya. beh tuh kan dinar main kabur aja.. sempet kehilangan arah krna yg tau jalan kan dinar, eh taunya dia ilang #kecepetan katanya. well, perjalanan panjang kita masih berlanjut dng misi utama mencari dan menemukan yg namanya halte bus sarbagita, lwt pencarian tak kasat mata dan bantuan mbah dukun wireng yang keteknya ireng kita diberi kemudahan mencari lokasi parkir yang deket sama tempat penjagalan ayam = MCD sanur. dengan begitu jalan kaki pun ditempuh untuk mencari lokasi halte, dan salah satu teman sejawat kita yang dipanggil adhe bawa helm nya yg kalo dikoliin udh dapet pake beli beras satu 2 kilo, karena saat itu gue bawa tas gede makanya nawarin ade buat naruh helmnya dsna tpi oww.. tidak muat, alhasil ade menanggung malunya sendiri.
oke balik ke sarbagita, nemuin solusi baru buat ngatasin kemacetan di kota denpasar. setelah nunggu, dan cukup mengambil gambar maka kita lanjutkan perjalanan yang oleh bus sarbagita dibawa ke nusa dua, karena ga bisa masuk halte jadi kita terpaksa akan diturunkan di rawa. sebelah gue bima, ade, bawa, lanjut di depan ada bella, dinar, riza, ebi, kusuma dan percis di sebelah kanan ada seorang nenek yang masih sehat dan kuat keliatannya. Ibu Denoyo namanya setelah gue tanya ini ternyata pemuja dewa krsna dan udh 5 tahun jadi vegan, pantes aja sehat gitu.. hihi. perjalanan panjang udah jadi teman buat kita bersembilan, deru bus masih memutar membawa kami mengelilingi bali. melewati simpang siur, bahkan macet udah jadi biasa .. makan krupuk buat menghilangkan jenuh .. unik krupuk dengan banyak kreasi dan warna :D , matahari makin terik - teriknya dengan asap mengepul di sepanjang jalan tapi tidak untuk waktu ini ketika gue udah sering ngalamin pergeseran tempat duduk dimanan - mana , maka ibu yang bernama deno itu berhenti di sebuah halte dengan suaminya, seorang ibu jepang datang menggantikannya. lengkap engan perlengkapan anti silau dan panas :). gue sempet main lirik - lirikkan karena belajar dari prinsip banyak kawan banyak pengalaman :) . ini japanese cantiknya mampus, menganiaya hati gue, mengoyak, mengoyak #parah tau kan kalau udah dienyumin pasti bales senyum sambil menunduk, duh ramah banget buk :D, nah pas tujuan utam kita mau ke nusa dua nya, sampe ceritanya di halte.. pamitan sama si japanese, bilang sayonara dy senyum smbil nunduk dan melambaikan tangannya.. bagus :D
udah gitu kita udah nyampe tempat yang kalo kata bule tuh paradise, emg sih dari tempat dan lokasi aja udah terpancar banget.. nah kmana ade, bima, dan bawa.. cacd nampaknya mreka malah kabur dan milih balik pulang nah loh/ knpa? karena dikiranya kita bakal dimarahin sama polisi penjaga. sobat, jadi ceritanya sewaktu kami hendak masuk malah dipanggil petugas hotel skedar ditanyakan itu saja.. biarlah, kami teteap masuk dan melanjutkan ,, bali itu indAH SUPER DAN KEREN.#efek caps lock perjalanan ckup panjang untuk mencari dan bercumbu dengan bibir pantai, kejadian - kejadian lucu pun menjadi bendera yang siap berkibar kapan aja waktu kmi jalan dan berterik - terik ria walaupun pohon dan taman hijau tampak indah di sekitar, tpi bali emg terik..
hal pertama yang dilakuin itu ngisi perut kosong, mesen tpat santok, dan merasakan buih - buih lindap menyapu rambut, benar - benar putih bersh pasirnya masih belum terjajah sama polusi sampah dkk, nah pas lagi asyik foto kami disapa turis sepasang suami istrii iyg lg liburan, krna wktu itu dy pngn nunjukin klo moto lbh bagus biar keliatan landscape pantaai dsni, tpi kita slh sngka dn minta fto bareng. eng ing eng itu mrupakan hal yang keren.. banyak pengalaman dan teman . bnar - benar hidup :D
ada juga nih :
http://www.youtube.com/watch?v=Tl4ilRkd6zQ&feature=related
READ FULL POST

2/13/12

Histeria telur, kopi dan tepung ala Tajir.com

0 comments
Hari ini nampaknya langit sedang cerahnya dan dengan riang matahari menyinari punggung - punggung pelajar kota denpasar seperti kami. Motor Sulang berderu seperti saling mengadu dengan motor - motor orang yang lalu lalang di tengah jalan. sungguh alam yang mendukung ketika saat itu motor kami berhenti pada suatu tempat dengan warna hijau rumput mendominasi dengan tulisan kapital besar "ESTADION KEBO IWA" dengan bermacam sorak sorainya pemain yang ingin memberikan komentar ataupun semangat, ungguh suatu hal yang sangat kami ingin liput untuk hari ini. tepat di tempat parkir, Sulang dan Vian memarkir motornya berbarengan  dan cuku[p teduh untuk bernaung, mata kami menyapu bersih setiap garis hijau di lapangan.. baliho - baliho bergambar pemain sepak bola kebanggan pun menjadi ikon dari kegigihan dan semangat orang - orang di dalamnya. peluh dan kaos kaki yang idak ketulungan baunya itu pun menjadi saksi kegermelapan (ceile) panggung estadion ini. sesaimpainya gadis yang bernama bella kami tunggu telah tiba dengan seorang adik kelas yang dikirim tuhan untuk menjadi anggota peliputan unt project film dokumenter kita maka pulanglah sulang ke rumah karena akan mengikuti les, sedangkan kami yang tersisa lebih memilih masuk ke dalam tribun penonton dan mulai mengamati, setiap kejadian seru ataupun kejadian lucu di lapangan tak lupa harus didokumentasikan..
tak sampai lama, seperti yang telah dijanjikan bella, satu per satu tajir.com datang ke estadion.. mulai dari dony yang datang lengkap dengan jaket kulitnya, kemudian disusul vera, nisma, dan farid yang kesemuanya nampak kesemsem...#tanda bakal berulah..
rencananya sih mau ngerjain Kurni yang ulang tahun.. mereka udah pada bawa alat perang, yang udah pasti kalian tau kan :D
nah, ada satu hal yang ga diketahui kerabat saya yg bernama nisma, karena target berikutnya adalh dia :DDD ... sebagai saksi bersejarah pelemparan barang - barang sakral itu maka beralihlah seorang novita sebagai kameramen dan membuat video unt momen ini
banyak banget adegan sadis dan psikopat hahaha
READ FULL POST

Kematian pun menjemput

0 comments
Tuhan, mengapa begitu sunyi disini? mengapa hanya siluet putih datang kepadaku sambil termenung. tuhan wajah abadikah adanya warna - warna yang tampak padaku di bumi. aku sangat merindukannya sosok penuh warna itu. namun akankah ada portal penentu untuk takdirku disana. tuhan mengapa malaikat itu datangnya kepadaku? mengapa saat kutakbisa menaruh hati dan perasaanku hari ini. sungguh Tuhan aku bisu ketika saat ini malah merenggut kefanaan dari sifatnya yang badaniah. Tuhan mengapa wajah ayah sedih, dan ambu terlihat khawatir saat tubuh dan organ - organku kehilangan nalar dan malah rapuh terhisap polusi keangkamurkaanNya. tuhan tampaknya wajah hatiku disana , diantara rombongan anak adam yang olehku pun tak bisa direngkuh. namun malaikat itu makin dekat langkahnya denganku. dan nafas gelap tampak sesak, begitu dekatnya aku dengannya. kulihat pintu pun terbuka...
22:05/untuk Indah

READ FULL POST

Jurnalistik Regrisma Bangkit

0 comments

Tim jurnalistik SMA PGRI 2  Denpasar dikenal dengan R’V (Reg Voice) bangkit untuk menyabet gelar juara 1 dalam  Kompetisi Mading tingkat SMA/SMK se-Bali belum lama ini. Pada ajang yang diselenggarakan, terkait dengan pelaksanaan “Muda Creativity 5th Anniversary” itu, tim Reg Voice yang beranggotakan Ni Nyoman Novita Sari, Gissel Glenda Agista, Rika Wismadewi, Vina Adelina, Novi Anastya menyisihkan tim mading sekolah lainnya. Posisi kedua pada hajatan bertajuk “INVESTO” : Investasikan Energimu untuk bumi”, itu ditempati SMAN 2 Denpasar, disusul SMA Saraswati (SLUA)  di tempat tiga, tim mading SMAK Santo Yoseph di posisi keempat.
            Sukses Novita Sari dan kawan – kawan disambut suka cita Kepala SMA PGRI 2 Denpasar I Komang Artha Saputra, Spd, Mpd. “Keberhasilan ini merupakan bukti anak – anak memiliki potensi yang bisa dibanggakan. Semoga saja sukses ini dapat memacu siswa lainnya untuk juga menunjukkan prestasi yang membanggakan” ujar Artha Saputra seraya berpesan agar semangat  itu tetap dipertahankan. “Pikirkan apa yang bisa diberikan kepada sekolah, bukan apa yang sekolah bisa berikan” lanjut Kepala Sekolah yang enerjik ini.
            Motor tim Jurnalistik Reg Voice, Novita Sari menambahkan, sukses pada lomba mading yang digelar di Areal Fakultas Sastra Udayanan ini merupakan kali kedua. Sebelumnya, Reg Voice juga merebut gelar juara di Politeknik Negeri Bali. “Terus terang saja kami tidak menyangka bisa meraih gelar juara, apalagi melihat saingan – saingan tim jurnalistik dari sekolah yang lebih berpengalaman”, tegas siswi kelas XI.IPA 3 ini. Meskipun persiapan terbilang singkat dan pemberitahuannya mendadak, tim Reg Voice yang dibina oleh I Nyoman suarta Spd, Mpd ini berhasil mengatasi kendala yang ada. “kami mensyukuri keberhasilan ini”, ujar Novita Sari mewakili rekan – rekannya.


 Tim Jurnalistik (Reg Voice) SMA PGRI 2 Denpasar foto bareng setelah meraih juara mading di Fakultas Sastra Udayana belum lama ini

READ FULL POST

2/10/12

Wajah Reg voice * 2012 edition

0 comments
Nisma Nurvita

Eka Apriliani

Vitri anastasya

Ria Anggi

Nisma Nurvita

Vina Adelina

Rizky Amalia

Nola Nur Aini

Maesa Pradita

Gissel Glenda

Rika wismadewi

Leny Puspita












READ FULL POST

2/8/12

Let's haptic on Valday

0 comments
terik seputaran perumnas, monang - maning. sikon sangat padat dan apalagi kalalu bukan sumpek. matahari waktu itu bener - benr sedang riangnya, dan deru motor saya pun memecah keheningan gang yang cukup besar untuk anak sekolahan yang bukan SMA ini saja tapi juga dipakai foursma. sampainya di gerbag hijau yang tak hijau amat bertemulah dengan sosok yang saya kenal Ibu, bener - benar panas waktu itu. tak lama pak kepala sekolah menjemput saya dengan wjangannya sekedar memberi titah untuk membuat artikel yang akan dimuat di WM -Wiyata Mandala-  tak sembarang titah karena yang selanjutnya datang adalha guru besar dalam hidup saya Pak Suarta, sekedar memperjelas dengan wangsit pak kepsek tadi, dan mau berbagi tempat duduk dengan saya. benar - bener salah satu guru yang pandai berbaur dan super. rencananya tugas ini akan selesai dan deadline keesokannya, semoga saya bisa..
tepat pukul 11 sudah berdatangan serdadu R'V dengn warna - warni pakaian yang sangat beragam kalo mereka duduk ato berbaris bersama keliatan seperti laskar pelangi.
saat aku membetulkan dudukku, berbicara pada mereka dengan menyeimbangkan antara emosi dan jiwa agar terarah semuanya dengan prospek baru dRI SI EMPUNYA SEKOLAH (efek caps lock)..
kami melanjutkan tugas pertama membuat mading dengan tema 'Be My Valentine' yang digarap bareng oleh gissel, amel, esa, mega, eka, nola, dayat, kak tri, nisma, vina dan yang harus dan musti pulang karena sesuatu dan lain hal : nata, shandy, ria.
mading udah jadi satu hal yang keramat buat anak jurnal, dan salah satu bagi kami yang makin repot aja dengan cat - cat yang tampak beragam warnanya..
mulai usil saat setan kecil ngerasukin kami dan jrenggg. tom and jerry deh :D
READ FULL POST

Sarat memory*kumpulan cerita berkisah pas SD

0 comments
Sering saya dengar anak - anak SD yang mewek waktu dibully temen sepermainan, duh.. jadi keinget masa SD. tapi ga sampe dibully #ketwa merem. banyak banget memory lawas, dum..dum sambil bernostalgia ya..
hujan saat itu tak mau pergi masih singgah ke pekarangan sahabat baikku, sangat mengenang sekali.. gung ade begitu panggilan kecilnya, masih di rumah bercat putih kami bercerita banyak, seperti saudara saat itu.. dan sampai hujan pun percakapan itu enggan untuk usai rasanya, sangat seru hahah .. "habis hujan gini aroma tanahnya seger banget" ujarnya kala itu. hal yang kami lakukan bersama benar - benar layaknya saudara #masih ketawa inget yang dulu, jalan bareng, saling nginep kalau ortu pada repot, pkoknya soulmate sm si bro ini..
ayis, nama ini muncul waktu aku SD dulu.. hal yang paling memoriam waktu ayis ngajak main layang, atau ayis yang ngajak gung ade main ke rumah atau ayis yang ngibasin poninya ke samping #saking panjang maksudnya. ato ayis orang pertama yg bilang "novita ga cocok pake rok"
mita i, sosok setelah ayis.. bener - bener ceria, tengal dan sahabat. yang paling saya inget waktu  jemput dia les trus digonceng dengan sepeda saya, bener - benr lucu karena saya digonceng di depan <sungguh tidak wajar dalam dunia persepedaan>, hal bodoh yang pernah mita lakuin ngintip saya buang air besar, atau nipu dengan pura - pura bilang kalo adonan kue itu saos, saya ketipu karena langsung mencicipinya.
aduh, ga bisa formal balik aja deh pake gue*****

astika, cewe mungil satu dari banyak cewe yang gue kenal, dan beda banget. sering datang dan mau singgah ke rumah gue. pernah bareng ayis naik sepeda ke rumah trus belajar bareng dan bilang "enak ya rumahnya" #masih meraba masa lalu, hhe . kedekatan ini membawa kami pada perpisahan #dramatis dikit. ceritanya gue sedih, ti emg sih.. astika milih lanjutin sekolahnya di sekolah, bukan pilihan sih tapi udah suratan ttakdir kali :)
putu, mie kriting ini paling seneng ngelipet kelopak mata dan kalo udah digelitik bakal sampai ada adegan tidur -tiduran di lantai malah kalo gelitikan temen -temen udah habis - habisan. sosok yg rajin <udah dibanggain nih>
ricky, anak baru yang aneh dateng ngekost di sebelahnya marsella, suka nyuruh #korban .. tapi selalu berbagi kalo soal jambu mente
dio, cewe yang tegar <kaya lagunya rossa>, manja jg tapi pengertian kalo sm pacar <dlu--> khrisna>, kalo dikagetin paling gabisa. digelitikin apalagi <yah ga separah si putu> .. hehe
khrisna, cwo blesteran dan indo ini punya adik zero  paling doyan senyum dan suka ngomong dng nada digedein. suka berpetualang dengan sepedanya pas ditanya main PS. ckckc
mita p, cewe yang doyan sama mangga ini paling seneng ngomomg cempreng dan merupakan kembaran dari mita i (cuma nama), paling berkesan waktu dy ngajak makan duren bareng.. ta masih kura -kuramu?
ketut, orang yang prnah labrak dengan naik ke atas meja gue sambil ngomong "jangan main - main ya" haha.. gue inget pas rambutnya diplontosin, ketut emg pinter sering maju kalo soal itung - itungan
kristina, baik banget sampe sekarang tasnya masih aku simpen di rumah, orangnya care sama temen.. sering bersepeda ria juga sama tetangganya.
risa, orang yang punya lesung pipit dan alis mata tebel, cewe yang pernah nulis nama novita di buku rumus bahasa inggris gue, yang pernah baik mau ngasi dan saling berbagi waktu ujian, harus pergi ke lombok.. duh lombok dan indonesia kan lumayan jauh.. gimana ya risa, inget bawa bukuku ya :D

at least but not least, cerita kita bersama waktu main buaya - buayaan. main catur pake daun, makan pendekar biru, beli lidi - lidian yang banyak, main sembunyi - sembunyian waktu les yang ngelempar sandal itu loh.., trus nyolong mangga, atao sekeder muter - muter di jalan , dikejer orang gila yang namanya gung tut ato bu anna..
bner - bner keren masa itu :)
6 tahun bareng, udah kenal satu sama lain.. cuma masa SD yang paling indah ..
READ FULL POST

2/6/12

begin on your self* malam di sekolah

0 comments
malam ini hujan sempet mampir ke lingkungan sekolah, perasaan basah ataupun kuyup sekalipun terasa sampai ke ubun - ubun..
langit gelap dengan mega mendung yang masih menggantung, namun internet tetep jalan dan cus kek KA malang -sering liat di tipi- .
berhubungan dengan internet berjam - jam sukses membuat badan rontok , dehidrasi iya, laper iya, ngantuk apalagi.. tapi semua terasa terbayar waktu liat kesuksesan guru  'putu putri puspitaningrum' yang namanya makin berkibar aja se-nasional, enggak ding se-internasional :D . pengalaman putri buat mendalami satra dan tete bengeknya buat saya jadi ciut nyali, karena sastra emang butuh keseriusan dan hal itulah yang masih sampai saat ini belum bisa saya dapatkan .. pengalaman ngajar di lantai 4 pasar badung , mengajar murid SD waw... so impressed me :D
saya jadi bangga karena sudah pernah mengenalnya, sempat waktu SMP saling say 'hay' karena kami beda kelas, dan ibaratkan bumi dan langit.
lewat dari cerita teman kita putri, hari ini capek berat banget.. alat elektronik dan canggih yang dinamain handphone malah rusak, dengan kondisi baterai hamil 7 bulan :D siap - siap brojol mbak phone :D , dan yang buat keki adalah ketika keadaan rumah masih biasa - biasa aja, maklum punya 2 rumah sukses buat kepala jadi uring -uringan.. bentar buku agama di rumah B, bentarnya lagi buku matematika di rumah A.. sungguh ancurnya masa saya saat ini. and the mirror..mirror saya memandang jauh ke belakang, ya alur flash back.. dengan masa senyum indah dan berseri, dengan langkah pasti dan lingkungan yang kondusif banget..
kalau ketinggalan dikit aja bisa dibantu sama temen yang IQ nya kaya guru is temen  yg bisa dijadikan guru..
tercatat yang pernah menjadi guru saya :
*Diah cahaya putri
*Clara
*Mita Irawan
*Risa, guru terakhir yang sekarang nerusin study nya di Aussie..
ok Indonesia sekarang udah jadi dataran kering yang ga sinkronisasi dengan kondisi pendidikan di Indonesia, ini terjadi karena dari diri sendiri.. wah gue berkaca dari situ..
harus dimulai dari diri sendiri..
bipbip*slepping on
READ FULL POST

Sang Jurnalis

0 comments

Kaki kecil itu telah sampai pada hektaran tanah kering dengan diliputi debu dan peluh penderitaan seakan menganga ke arahnya, wajah Tiara meringis melihat kenyataan pahit yang terjadi di depan matanya. Matanya menerawang ke arah sisi jalan tol  yang dipenuhi  Asap knalpot yang arogan dengan bos – bos besar yang masa bodoh dengan tangan – tangan kelaparan. Nyonya – nyonya  bermake-up  tebal dengan angkuhnya melenggang dan melangkahi perut – perut miskin. “ayah, apa ini? Mengapa orang yang lalu lalang enggan untuk membantu mereka?” tanya si kecil Tiara pada ayahnya. “itulah yang tidak boleh kau lakukan untuk negeri ini, Tiara” ayahnya mengelus rambut ikal Tiara kecil yang terlihat manis dengan senyum yang mirip mamanya. Dengan pita merah yang mengikat rambutnya dan baju dress berenda khas anak tahun 1970-an. “ayah, apa maksud ayah?” tanya Tiara lagi. “belum waktunya Tiara, nanti saat kau tumbuh dengan pekarangan rumah yang dipenuh ribuan bunga matahari. Saat itulah kau akan mengerti , arti sebuah bangsa bagi kami” Tiara masih tidak bisa mengerti, namun baginya ayahlah yang terhebat yang bisa membesarkan dan mengajarinya sampai sejauh ini.  Tiarap!” tiba – tiba semua orang di hadapannya berlari seperti bagian film action yang pernah ditontonnya. Gemuruh suara letusan dan granat berkobar dengan semangat pemuda – pemuda yang lari ke depannya. Ayah berusaha membawa Tiara pergi meninggalkan tempat yang menurut Tiara sangat mengerikan. Tiara hampir menangis kalau saja ayahnya tidak membawanya pergi. Penjajahan belum saja berhenti, tiba – tiba badan besar yang memeluknya ambruk dan lemah “ayah!” tiara menangis dan memanggil nama ayahnya berkali – kali, tiba – tiba seorang lelaki bertubuh tegap menariknya dan membawanya pergi. Tiara telah kehilangan seorang ayah, seorang tentara dan pembela tanah air. Orang terhebat yang pernah datang dalam hidupnya. Rupanya pria tegap yang menolongnya adalah teman seperjuangan ayah, Pak Dito Pradiotironing namanya.
Berita penjajahan yang telah terjadi di daerah Yogyakarta  ini telah sampai pada keluarga syah Tiara yang tinggal di Belitung yang kala itu mengkhawatirkan anggota keluarganya. Oleh Pak Dito, Tiara dibawa ke Belitung. Meskipun hari yang menakutkan itu telah berlalu terkubur bersama seorang lelaki kuat yang sangat ia sayangi, namun Tiara masih  saja menangis dan syok karena kejadian itu spontan terjadi di depan matanya. Suara Dentuman pelor yang ditembak, darah yang bersimbah dan melapisi tanah kering. Wajah – wajah miskin yang telah menjadi mayat semua nyata di depan matanya. Tercatat pada diary kecil bersampul biru “Peristiwa 11 maret”.

10 tahun kemudian..
Tiara tumbuh dewasa dengan ribuan bunga matahari mengelilingi pekarangan rumahnya seperti apa yang ayahnya ceritakan sepuluh tahun yang lalu, Indonesia saat ini sebuah dunia baru baginya sebuah negara yang lengang dengan banyak orang –orang lalu lalang, penjajahan dan pertumpahan darah pun tidak tampak seperti dulu. Rumah berpagar kayu klasik bernomor 44B di daerah Menteng merupakan  tempatnya bernaung kini.  Rumah yang sengaja dindingnya dicat jingga akan terlihat seperti api saat matahari terbenam. Pohon waru sebagai pimpinan pohon di pekarangannya tampak rimbun dengan beberapa bagian diantaranya jatuh atau dibawa angin sampai melayang keluar, kemudian pohon – pohon kecil mengisi sepanjang jalan pekarangan, di halaman belakang terlihat sebuah kolam renang yang biasa digunakan Tiara untuk berenang. Sejak kejadian naas itu, Tiara dititipkan di keluarga ayahnya di Belitung. Lalu sejak SMA diboyong bibinya ke Jakarta.
Sore itu di rumah Tiara tampak wanita paruh baya yang selama ini  ia kenal sebagai seorang  bibi  sedang  giat mengurusi kebun bunga mataharinya, Tiara memandang wanita itu lekat – lekat sembari menyeruput segelas teh yang sudah dibuatkan bibinya 1 jam yang lalu. Di atas meja belajarnya yang sengaja diletakkan dengan posisi menghadap jendela tampak Tiara sedang mengurus naskah – naskah skenario, sesekali ia melemparkan pandangannya ke luar jendela dan bisa dengan leluasa melihat bibinya di  pekarangan bahkan  orang – orang yang lalu lalang di depan rumahnya. Kemudian ia mengambil sebuah surat kabar halaman Kompas, membaca lembaran demi lembaran. Sampai akhirnya sebuah nada panggilan muncul dari handphonenya. Tiara kaget ketika Pimpinan redaksinya harus mengirimnya ke Irak untuk sebuah tugas peliputan perang, Tiara yang semula ragu kemudian mencoba untuk yakin demi sebuah berita dan informasi untuk dunia dan negaranya.
Tepat di Boarding Room, Rena dan seorang kameramen, Langit sedang menunggu sambil membayangi apa saja yang akan terjadi di medan perang nanti, Rena sangat menyukai tantangan  dan terlebih lagi masuk dan meliput kejadian perang yang kontemporer adalah impiannya, menjadi orang pertama dan memelopori jurnalistik lainnya. Disisi lain,  Tak ada yang bisa terbayang lagi di pikiran langit selain apa yang nantinya akan dia shoot saat itu , mewartakan sebuah berita yang terjadi secara langsung di mana penonton dari seluruh dunia bisa menyaksikan dari pesawat televisi di rumah mereka  masing - masing.  Namun, ini seperti membuka luka lama bagi Tiara yang sangat takut dengan peperangan, sehingga mengingatkannya akan catatan 11 Maret itu, sebuah catatan dan kejadian yang membuat luka panjang di memorinya. Kejadian yang membuatnya kehilangan seorang Ayah.
Jam dinding tua yang berwarna hitam klasik berdentang nyaring dan menandakan pukul 6 sore. Saat itu Tiara mengenakan jaket tebal hitam, syal batik berwarna coklat favoritnya, celana jeans , dan sneakers. Sesudah berpamitan dengan bibinya Tiara pun mulai melaju ditemani mobil Kiat Esemka  merah miliknya yang merupakan mobil hasil rakitan anak negeri yaitu siswa SMK Solo yang bekerjasama dengan Kiat Motor,  sepanjang jalan lagu Pasti Ku Bisa milik Sheila on 7 menjadi soundtrack keheningan di mobil.
Pasti ku bisa melanjutkannya
Pasti ku bisa menerima dan melanjutkannya
Ooh pasti ku bisa menyembuhkannya
Cepat bangkit dan berfikir
Semua tak berakhir disini

Merasakan pandanganmu
Penuh cerita dan luka
Memang begitulah semua
Sesampainya di bandara, Tiara tampak ragu melanjutkan langkahnya yang lemah rasa itu mulai tampak seperti saat ia kehilangan ayahnya, dan kini  di hadapannya terpampang tulisan tebal “Boarding Room” lalu  apa yang ada dalam pikirannya seperti sebuah film yang diputar flashback dan terjadi secara cepat.
Namun ia teringat akan satu hal, kejadian 15 tahun yang lalu..
“Ayah, Tiara tidak  mau naik ini” teriak Tiara kecil di sebuah arena permainan di pusat kota waktu itu. “Tiara kamu kenapa, bukankah tempat ini sangat kamu favoritkan?” Tanya ayahnya khawatir. “Karena tempat ini mengingatkan Tiara sama Biman” selaput bening di matanya tidak bisa dibendung lagi dan jatuh satu – satu, wajah Tiara sangat kehilangan. “Tiara sini dengan ayah” ayah memangku tiara kecil “Tiara kamu tahu kan obat itu rasanya pahit....” Tiara mengangguk sambil mengusap air matanya “...biarpun pahit tapi tetap harus diminum, sama kaya Tiara sekarang yang namanya kenangan harus disembuhin sama kenangan biarpun pahit dan sakit tapi tiara pasti akan sembuh” kata – kata ayah sangat mujarab bagi tiara, sebab karena kata itulah Tiara jadi tersenyum dan kembali bermain.
Tiara mulai berani melangkah, mengayunkan kedua kakinya dan menjawab setiap keraguan. Ia harus melewatinya. Sebuah kenangan yang penuh luka sedang menantinya disana.
“tadi dijalan macet” aku Tiara sambil terkekeh merasa tidak enak dengan kedua temannya
yang telah lama menunggu . “oke bukan masalah” Langit menyunggingkan senyum  pada
Tiara, “Nama kamu Tiara ya?” Tanya Rena sambil memberikan tangannya pada Tiara
“Kenalin namaku Rena, Rena Ridwan” Tiara pun membalas dan tersenyum “Tiara, Tiara
Sonia Prabangsa”  begitupun pada Langit “Langit Angkasaputra Subroto”
Berselang 15 menit setelah perkenalan itu, akhirnya perjalanan ketiga jurnalis ini pun dimulai. Pesawat yang ditumpangi Rena, langit dan Tiara sedang melayang melewati warna biru langit dan menembus warna putih awan, sesekali Tiara memandang kearah jendela. Ia bergumam “ayah, tolong aku”
Setelah menempuh perjalanan selama 2 hari akhirnya rombongan Tiara sampai di Bandara Alzar , Irak. Sebuah bandara dengan suasana yang sangat jauh dari keramaian mungkin ini imbas dari perang Irak dan Bosnia-Herzegovina” ucap Rena saat mengangkut tasnya yang sangat berat. Mereka bertiga langsung menuju Hotel Al Rasheed tempat dimana mereka akan menginap.
Keesokannya seorang warga memberitahukan seluruh penghuni hotel untuk cepat mengungsi karena rudal Amerika telah datang dan akan sangat membahayakan bagi mereka untuk bertahan disini. Pun dengan ketiga jurnalis ini yang  segera bersiap – siap untuk meliput dan mengambil gambar di lokasi itu. Langit langsung menyiapkan kameranya ketika sudah sampai di bunker di bawah hotel Al Rasheed bergabung dengan para pengungsi dari kalangan warga Irak . Saat itu Rudal dari pihak pasukan koalisi pimpinan Amerika meluncur, hanya sekitar 15 meter dari kepala Tiara Saat membuka liputannya di Baghdad, Irak pada hari pertama pecahnya perang Teluk, januari 1991. Kemudian dari arah yang berlawanan datang sebuah rudal antirudal, yang menurut dugaan warga Irak – yang ikut mengungsi – adalah milik tentara Irak  sedang meluncur dan menghantam rudal pertama. Akibatnya ledakan hebat tak bisa dipungkiri sampai menggetarkan gedung – gedung sekitar. Di dekat mereka banyak wartawan – wartawan dari media lain yang juga ikut meliput. Namun setelah malam pemboman banyak dari  jurnalis itu buru-buru pergi meninggalkan Irak ke negara tetangga Yordania, yang merupakan daerah aman. Tiara pun sempat melihatnya.
“Itu manipulatif” ucap Langit sambil mengganti corong   kameranya, “mereka tidak idealisme dengan sekedar aksi dan hanya ingin memenangkan persaingan bisnis antarmedia” Rena mengeluarkan suaranya sambil melihatkan pada kami sebuah tulisan yang dimuat pada suatu harian  surat kabar “laporan wartawan kami dari Baghdad, Irak”. Hal ini jelas penipuan terhadap pembaca, apapun motifnya. Kita  yang bertahan di Irak justru tidak bisa mengirim berita, karena di tengah pemboman hebat tidak ada sarana listrik, fax, apalagi internet” Langit tidak terima “sudahlah yang terpenting sekarang kita tidak boleh manipulatif seperti ini, meskipun tidak ada internet dan listrik sama sekali kita jangan pesimis” Tiara menyeruput kembali susu khas Irak yang ia dapat dari seorang ibu tua yang baik di tempat pengungsian.
“Lihat, rudal itu kembali datang”teriak salah satu pengungsi yang mudah Tiara mengerti karena sudah mempelajari bahasa mereka sebelumnya.
Peluncuran rudal masih saling terjadi, dan pemboman seperti yang terlihat di sudut bangunan itu dan tempat pengungsian di bunker Hotel Al-Rasheed menjadi tempat yang aman untuk warga Irak ini berlindung, memang suasana disini cukup mengerikan dan dentuman itu masih kami dengar  , dari Bhagdhad Tiara Sonia Prabangsa melaporkan.
“Kita harus kesana” Rena  begitu berapi – api ingin meliput dekat pertempuran rudal itu. “tapi, ren akan sangat berbahaya kalau kita meliput disana” Tiara sangat khawatir , “tapi ini demi Indonesia, tugas kita sungguh mulia untuk ini” mereka  pun pergi dekat dengan posisi pasukan Amerika saat itu, bahkan  sangat dekat menurut Tiara. Sedangkan Langit mencari tempat yang aman untuk mereka bernaung. Kata Rena ada benarnya, Tiara sangat berkesan ketika ia bisa mendapatkan berita yang sangat jarang didapatkan oleh jurnalis – jurnalis lain meski sebagian ingatannya akan perang 11 Maret masih muncul tapi ia telah berani. Begitupun Langit yang keliatan bersemangat untuk mengambil gambar. Tapi tiba – tiba dentuman pelor berbunyi tepat kearah mereka, “Rena! Bahaya disana!” sergah Tiara. “ya tuhan “ ucap Langit berkali – kali sambil keadaan kameranya yang masih merecord. Tiba – tiba salah satu  pelor  mengarah pada Langit hingga membuatnya  ambruk ke tanah “Langit!” teriak Rena dan Tiara berbarengan. Langit yang mengira hidupnya akan habis di tanah perang ini menyuruh Rena dan Tiara meninggalkannya “tolong ambil kamera ini, pokoknya harus sampai ke Redaktur dan Indonesia”. Namun sia – sia karena Rena mencari P3K di ranselnya dan segera mengeluarkan pelor di kaki Langit yang membuatnya tambah sakit  “cepat pergi..arghhh!” ucap Langit pada Rena dan Tiara. Namun ucapan Langit tetap  sia – sia juga karena  Tiara keburu merobek sebagian bajunya dan menggunakan sobekan itu untuk membalut luka di kaki Langit “kita harus terus bersama, datang ke tempat ini bersama dan pulang dengan selamat bersama” Tiara masih membalut luka di kaki Langit, Langit menangis untuk pertama kalinya menahan rasa sakit dan ketakutan. ”tapi berita ini paling penting” Langit mengerang karena sakit. Saat itu Tiara tersadar bahwa  Profesi jurnalis yang idealis memang beresiko dan  menyerempet-nyerempet bahaya. Darah Langit makin banyak merembes keluar kemudian Rena dan Tiara dengan cepat membawanya ke tempat pengungsian. Syukurnya perjalanan mereka untuk kembali ke tempat pengungsian begitu dimudahkan oleh Tuhan dan oleh  orang – orang di pengungsian tampak panik dan cemas lalu berusaha membantu mengobati luka Langit.
1 minggu kemudian..
Setelah peliputan itu, tiara kembali ke Indonesia dengan selamat dan kini sedang mengisi mata kuliahnya yang tertinggal begitupun Rena dan Langit yang  megambil mata kuliah cinematografi  yang sama sepertinya di salah satu Institut  terbaik di Jakarta, Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Sementara itu, IKJ mengadakan workshop tahunan tentang sastra,  di kelas sastra Tiara saat itu sedang  berdiri seorang professor yang bernama Linda Young tampak  sedang membagikan ilmu sastranya kepada mereka.
Apa yang membuat kalian mengambil cinematografi? Dalam perfilman sastra menjadi penguat cerita, dunia hambar tanpa sastra, tanpa sastra pun kalian tidak akan mengenal dongeng, tidak ada imajinasi atau fiksi, tidak ada pers. Sastra, media rekam semua jadi satuan yang utuh dan saling mengikat. Seperti hidup kalian yang butuh sastra. Jadi buat film kalian hidup.
Setelah peliputan perang  itu nama Tiara, Rena dan Langit cepat dikenal dan acap kali diundang stasiun – stasiun TV Indonesia bahkan diberi kepercayaan untuk mengisi salah satu harian terbesar di Inggris. Perjuangan mereka meliput sungguh membuat bangga sejarah jurnalis dan Indonesia. Ada jurnalis hebat, yang berani mengambil risiko, dan siap mempertaruhkan nyawa demi idealisme. Tetapi, ada juga jurnalis yang bersedia “berkompromi” demi sekadar aksi, agar dianggap hebat, dipuji oleh atasan, atau memenangkan persaingan bisnis antarmedia  -  yang dilihat Tiara sewaktu di Irak - . Kini mereka menjadi “selebritis dadakan,” ketika liputannya disaksikan jutaan orang dan memberi dampak besar, namun cukup beresiko. Bukan cuma risiko dibreidel atau dilarang terbit, tetapi juga risiko langsung kehilangan nyawa.
Terimakasih Tiara, semangatmu bangkit dari keterpurukan dan luka telah mengantarkanmu pada sebuah nasionalisme hingga membuat bangga bumi perthiwi ini.
Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Tetap di puja-puja bangsa
Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Tempat akhir menutup mata.




READ FULL POST
 

Blogger news

Blogroll

About

Copyright © Hello It's Me NooBi Design by BTDesigner | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger